Saya akan menceritakan dengan gaya yang sedikit drama.
Mobil sedan berwarna abu-abu bergerak menuju utara. Dikemudikan oleh Pak Ujang yang di sebelahnya ada Ana (sepupu saya). Saya dan Mamah duduk di belakang. Dan mobil pun terus melesat menuju tujuan.
Mamah : “Jang, isi bensin dulu di pom Jati.” (membuka sandal dan menaikkan kakinya ke jok)
Pak Ujang : “Ia, Bu.” (mengangguk)
Saya dan Ana sedang sibuk dengan handphone masing-masing. Mamah mengeluarkan dompet dan mengambil uang untuk membayar bensin. Mobil belok kiri menuju pom bensin. Melesat cepat dan berhenti mantap tepat di samping tempat pengisian bensin.
Mesin mobil dimatikan. Wuuuusshhhhh!!!! Asap keluar dari bagian depan mobil.
Saya : “Mamah itu asap!!!!”
Mamah : “Cepat keluar!!!!!”
Kami semua bergegas keluar dari mobil dan berlari menjauhi mobil. Para penjaga pom bensin pun berlari terbirit-birit menjauhi mobil kami.
Saya : “Mamah cepat keluar !!!” (sudah jauh dari tempat mobil berada)
Mamah : “Tunggu..” (baru keluar dari mobil bersama Ana lalu berlari)
Saya : “Mamah, ayo ke sini !!!”
Mamah : “Sebentar, Mamah nggak pake sandal. Sendal mamah di mobil.” (Berjalan tanpa alas kaki)
Pak Ujang : (mendekati mobil) “Bu, tidak apa-apa kok, ini selang airnya bocor.”
Setelah kondisi dinyatakan aman, kami dan para penjaga pom bensin mendekat kembali ke mobil. Beberapa penjaga pom bensin membantu Pak Ujang mendorong mobil ke pinggir pom.
Kami pun terlantar di pinggir pom bensin. Mamah kemudian memesan taksi agar kami bisa pulang, lalu menelepon montir untuk memperbaiki mobil. Taksi datang, Mamah, Ana dan saya pulang. Pak Ujang tetap tinggal di pom sampai menunggu montir datang dan memperbaiki mobil.
Pengalaman yang menegangkan. Bisa dibayangkan kalau mobil sedan kami meledak. Jati sepertinya akan menjadi lautan api dan kami pun entah bagaimana nasibnya. Tapi setelah semua ketegangan selesai, yang teringat justru kekocakan dari ekspresi panik dan ketakutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar