Rasanya baru kemarin kesedihan ini saya alami, lalu saya mencurahkannya dalam sebuah posting berjudul The June. Sekarang harus dialami pula oleh sepupu saya.
Saya dan Ana sama-sama dekat sekali dengan ayah. Sehingga meninggalnya mereka merupakan pukulan yang cukup hebat bagi kami. Ayah saya dan ayah Ana memiliki kemiripan wajah, tentu saja karena mereka adik kakak, tetapi dari kakak beradik yang lain mereka lah yang paling mirip.
Ketika mereka bertemu, tingkah laku mereka berdua selalu saja membuat seluruh keluarga tertawa karena duet kekocakkan mereka. Mereka bertemu paling tidak ketika Lebaran. Itu adalah moment-moment yang tidak akan saya lupakan dan yang paling saya rindukan karena itu takkan pernah terjadi lagi.
Ketika ayah saya meninggal dunia, ayah Ana lah yang mengumandangkan adzan sebelum ayah saya dikebumikan. Siapa yang menyangka setahun kemudian beliau menyusul ayah saya dipanggil oleh Alloh swt.
Saya tidak merasakan hadirnya ayah ketika usia saya 17 tahun. Kini hal itu dialami pula oleh Ana. Yakinlah, ini adalah proses pendewasaan bagi kita untuk menginjak 17 tahun. Ketahuilah, bahwa kita adalah anak-anak terpilih, anak yang kuat, sabar dan ikhlas.
Teruslah berjuang meraih cita-cita kita. Tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa berdiri di puncak dengan menggenggam kesuksesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar