Jembatan untuk menjemput masa depan adalah di sini, di masa sekolah menengah atas. Saat-saat yang sangat menentukan arah tujuan kita, masa depan seperti apa yang akan kita jemput. Untuk menjemput masa depan bukan suatu hal yang sederhana, butuh perhitungan dan perencanaan yang matang, di saat inilah kita melakukannya.
Di sekolah menengah atas ini kita bangun jembatan untuk menjemput masa depan. Pertanyaan besarnya adalah bagaimana cara membangun jembatan untuk menjemput masa depan ?
Tahun pertama di sekolah menengah atas, kita rencanakan jembatan yang akan kita bangun. Arah sosial atau arah eksakta. Maka dari itu saat proses perencanaan kita harus menguasai kedua ilmu itu. Sebagian orang ada yang sudah bingung dengan tahap awal ini, padahal ini baru perencanaan, masih jauh dari pembangunannya. Tapi itu hal yang wajar, karena bukan suatu hal yang mudah mengetahui potensi yang ada dalam diri sendiri. Selalu saja ada faktor X.
Tahun kedua di sekolah menengah atas, kita sudah mempunyai rencana saatnya merancang jembatan itu. Dalam perancangan banyak orang yang menyepelekannya, padahal di sinilah yang menentukan kekokohan jembatan. Dalam perancangan jembatan ini memang banyak sekali hambatan-hambatannya.
Pertama, kita merasa target di akhir tahun pelajaran hanya untuk naik kelas saja. Berbeda dengan kelas X yang juga harus memikirkan jurusan di akhir tahun pelajaran, apalagi kelas XII yang memikirkan target lulus ujian dan masuk perguruan tinggi idaman. Alasan target yang dianggap cukup sederhana ini yang membuat di tahun kedua perancangan jembatan dilakukan dengan santai tanpa beban. Bahkan waktu banyak digunakan untuk hal yang kurang ada manfaatnya. Padahal di tahun kedua ini, materi-materi yang kita dapatkan adalah materi-materi yang paling banyak dan sering keluar di ujian-ujian dan seleksi-seleksi. Juga bisa dikatakan materi-materi di tahun kedua adalah materi yang paling sulit. Sungguh disayangkan apabila masa-masa perancangan ini dilakukan dengan bersantai-santai.
Kedua, kita merasa menjadi ”orang penting” di sekolah. Di tahun kedua ini kita bisa mendapat kesempatan menjadi ketua OSIS, ketua ekskul, aktivis, pengurus A, B, C atau panitia acara ini acara itu. Menjadi ”orang penting” di sekolah itu bagus bahkan sangat baik untuk menambah pengalaman, menyalurkan bakat dan kemampuan, atau memperluas ruang lingkup sosial. Tapi jangan sampai menjadi ”orang penting” membuat kita lupa pada perancangan jembatan. Karena tidak sedikit ”orang penting” yang keteteran dalam pembangunan jembatan karena perancangannya yang kurang sempurna. Tapi tidak sedikit juga ”orang penting” yang perancangan jembatannya sempurna sehingga pembangunan jembatannya bisa lancar. Intinya, itu kembali kepada diri sendiri. Jika kita bisa memanage waktu dengan baik, menjadi “orang penting” bukan suatu hambatan dalam proses perancangan lagi.
Tahun ketiga di sekolah menengah atas, kita mulai membangun jembatan. Rencana yang matang di tahun pertama dan perancangan yang sempurna di tahun kedua kita realisasikan di tahun ketiga. Tapi bukan berarti dengan rencana yang matang dan rancangan yang sempurna, pembangunan jembatan bisa berjalan dengan mulus. Perencanaan dan perencanaan ulang sering dialami oleh sebagian orang. Awalnya jembatan dibangun menuju arah eksakta tetapi hasil akhir jembatan ke arah sosial. Hal yang memang sering terjadi, tapi tidak ada masalah selama itu memang keinginan dari hati dan kita nyaman melakukannya. Butuh kerja keras pada tahapan pembangunan ini dengan persaingan yang ketat untuk membuat jembatan tetap kokoh sampai untuk tetap mengarahkan jembatan ke tujuan akhir. Karena jembatan yang kokoh lah yang bisa membawa kita menjemput masa depan.
Yang terpenting adalah terus berjuang dan berusaha membangun jembatan yang kokoh untuk menjemput masa depan. Karena energi yang tak pernah padam adalah semangat meraih masa depan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar