Satu kata yang banyak dilontarkan orang-orang tentang matematika, sulit. Memang matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Karena hampir semua pelajaran berhubungan dengan matematika. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berkutat dan dikelilingi oleh matematika. Menurut saya, yang menjadi alasan orang mengatakan matematika sulit, itu adalah karena kita sudah diberi sugesti bahwa matematika itu sulit. Ketika kita mempelajarinya dan mengalami kesulitan akhirnya kita menjadi malas dan menyerah. Apakah kemampuan seseorang dalam pelajaran matematika bisa menurun ?
Itu adalah pertanyaan yang ingin saya ungkap. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk diri saya sendiri. Entah apa yang terjadi pada diri saya. Sejak masuk SMA, saya menjadi kesulitan dalam matematika sehingga membuat saya menjadi tidak suka pada matematika, yang pada akhirnya matematika berubah jadi objek yang menakutkan bagi saya.
Ketika saya SD, matematika merupakan pelajaran favorit saya. Tidak ada pelajaran yang lain yang saya sukai selain matematika. Saya bisa menghitung suatu soal dalam hitungan menit bahkan detik pada waktu itu. Waktu mengikuti lomba cerdas cermat, hampir semua soal matematika saya yang jawab. Saya pun pernah mewakili SD mengikuti lomba dalam bidang matematika. Ulangan harian dan ulangan umum yang paling saya tunggu dan saya nanti adalah matematika. Nilai yang paling tinggi yang pernah saya raih adalah pelajaran matematika.
Masuk ke SMP, matematika tetap menjadi pelajaran favorit saya. Nilai matematika di rapor pun tidak pernah di bawah 90. Di SMP, ulangan matematika tetap menjadi momen yang paling saya tunggu. Matematika merupakan suatu hal yang mudah yang dapat saya selesaikan dengan cepat dan benar.
SMP berlalu melangkah ke SMA. Di sinilah saya mulai merasa ada suatu jarak antara saya dan matematika. Kita menjadi musuh. Matematika bukan menjadi pelajaran favorit saya lagi. Saya bisa menyelesaikan beberapa soal matematika, namun kebanyakan saya mengalami kesulitan. Entah apa yang terjadi pada diri saya.
Matematika seakan menjadi mimpi buruk bagi saya sekarang ini. Matematika memang penting untuk saya pelajari, tapi ingin rasanya saya menghapuskan matematika dalam daftar ulangan. Menjadi suatu hal yang menyeramkan dan menegangkan ketika akan menghadapi ulangan matematika. Perasaan yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya terhadap matematika.
Saya hanya mencoba meneliti diri saya sendiri. Saya intropeksi diri. Mungkin dulu telah tertanam bibit kesombongan pada diri saya, karena kemahiran saya dalam pelajaran matematika, yang pada akhirnya nanti dapat mencelakakan diri saya sendiri. Atau mungkin karena keputus asaan saya. Kurangnya kesungguhan dalam diri saya dalam menyelesaikan soal matematika tersebut. Saya sadari, sedikit mengalami kesulitan saja saya langsung pergi tanpa menyelesaikannya.
Ternyata, dari berbagai tes yang pernah saya ikuti. Mulai dari tes IQ dan kawan-kawannya, dan yang terakhir tes sidik jari, memang saya tidak memiliki bakat dalam bidang analisis matematika atau lebih tepatnya persentase bakatnya salah satu yang paling kecil di antara bakat-bakat yang ada. Ini berarti nantinya dalam mengambil jurusan di universitas, saya tidak boleh berhubungan dengan analisis matematika.
Terkubur sudah impian saya untuk kuliah teknik di ITB. Memang bisa saja saya kuliah teknik di ITB, tapi IPK yang saya dapat pasti tidak akan maksimal. Sesuatu yang bukan keahliannya bila dipaksakan ditekuni nantinya pasti akan banyak hambatan dan akhirnya menjadi suatu kehancuran.
Saya tidak mau mengalami hal itu. Saya yakin ada jurusan lain yang lebih baik untuk saya tekuni. Saya sangat meyakini hal ini, bahwa Alloh akan memberikan sesuatu yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Itu artinya Alloh tahu apa yang terbaik untuk kita, lebih tahu dari diri kita sendiri. Syukuri saja apa pun yang telah Alloh berikan kepada kita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar